Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

“Ngeri-ngeri Sedap”, Mahluk Seram Bersenjata Tombak dalam Ceret

Saat kecil senang sekali mengacak-acak tumpukan buku di rumah kakek yang seorang pensiunan PNS jabatan terakhir  kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI). Beberapa koleksi buku tersimpan di rumah karena di sekolah tidak ada tempat untuk menyimpan. Gedung sekolah alakadarnya, meski sudah menggunakan tembok dan genting, tidak terlalu aman untuk menyimpan buku-buku bacaan.

Saat itu saya belum masuk SD. Buku yang menarik perhatian saya, sebuah buku yang terdapat gambar syetan di dalam ceret. Penasaran sakaligus takut melihatnya. Mahluk itu berwarna merah bertanduk dan memegang tombak mukanya menyeramkan. Saya berfikir, jangan-jangan setiap ceret yang digunakan di rumah untuk menampung air ada mahluk seperti itu. Kakak-kakak yang sudah bisa membaca hanya menakut-nakuti tidak menjelaskan yang sebenarnya pesan dari gambar.

Perpustakana pribadi di rumah untuk si kecil
Sebenarnya, gambar itu memberi penjelasan, jika air minum dalam ceret tidak dimasak, kuman atau virus yang divisualisasi mahluk menyeramkan akan menyerang kesehatan manusia. Jadi sebelum air diminum harus dimasak terlebih dahulu.

Waktu kecil saya juga cukup heran, mengapa kakak-kakak dan teman-teman yang sudah masuk sekolah bisa memahami rangkaian huruf yang tidak saya fahami. Saya selalu mencoba bertanya, apa maskud rangkaian huruf tersebut juga keterkaitan dengan gambar.

Dapat dipahami, seusia itu, saya sedang mengalami serba ingin tahu dan mencoba menangkap pesan visual dan memahaminya. Dari kepenasaran itu, saya sering menyelinap di rak yang penuh buku mencari apa saja yang bergambar, baik yang dianggap menakutkan maupun gambar-gambar yang menyenangkan.

Saya juga sangat terkesan dengan buku Bahasa Indonesia kelas 1 SD. Kalau tidak salah bacaannya begini :

Ini budi
Ini adik budi
Ini kaka budi
Ini ibu budi
Ini bapak budi
Ibu memasak di dapur
Ayah berangkat ke kantor

Saat masuk kelas 1 MI/SD saya mendapat buku tersebut gratis atau tepatnya dipinjamkan seperti buku dari Bantuan Operasional sekolah (BOS) saat ini. Buku harus dikembalikan jika memasuki kelas berikutnya. Hanya saja, buku tersebut hilang dan tidak sempat saya kembalikan.

Sayang mamasuki SD, rasanya sangat jarang menemukan buku-buku.  Sekolah tidak punya perpustakaan yang cukup, buku pun hanya bacaan pokok yang jumlahnya sangat terbatas. Barangkali keterbatasan sekolah di pelosok daerah diraskan juga oleh anak-anak sezaman dengan saya. Iklim politik ketika itu masih sangat kooptasi dari rezim penguasa, sumber bacaan sengat ketat dan terkontrol.  

Berbeda dengan kondisi sekarang. Anak-anak sudah dilimpahi berbagai buku bacaan. Usia TK sudah hafal angka dan bisa membaca. Meski secara teori, anak TK tidak boleh calistung, tetap saja sekolah menjejali anak dengan buku-buku juga hafalan.

Anehnya lagi ketika masuk SD, beberapa sekolah memberlakukan sertifikat lulus TK dan mensyaratkan sudah bisa membca.  Di lain pihak sebagai orang tua tentu merasa bangga, anak seusia kita dulu belum bisa baca dan menulis, mereka kini sudah mahir.

Perlahan, saya mencoba memperkankan buku kepada anak meski sebatas memperlihatkan dan berkisah berbagai cerita didalamnya. Misalnya kisah seribu satu malam atau kisah yang cocok dengan usianya yang baru 5 tahun. Sengaja, koleksi buku saat kuliah disimpan di lemari terbuka supaya mudah terlihat. Itung-itung perpustakaan pribadi meski koleksi sangat terbatas.  

Sungguh surprise bagi saya, ketika suatu sore si cikal memberi bungkusan mainan yang dia sebut sebagai kado. Katanya, ini kado buku buat ayah, karena ayah suka buku. Ia pun membuka bungkusan itu dan sebuah kertas kumel bertuliskan “kado buku buat ayah”.

Saya jadi teringat saat kecil dulu seusia anakku kini, sering mengacak-acak buku yang belum dapat memahami huruf-huruf didalamnya. Sementara anakku, sudah mampu menyampaikan pesan hasil tulisan tangannya sendiri. Saya hanya bersyukur dan berdoa,  dalam hati, semoga bisa menyiapkan buku-buku berkualitas untuk bacaan anak-anak supaya mereka terbiasa membaca. (*)

Posting Komentar untuk "“Ngeri-ngeri Sedap”, Mahluk Seram Bersenjata Tombak dalam Ceret"