Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bisnis Percetakan Bukan Bisnis Instan, Sulit Diwaralaba

EKONOMI KREATIF – Sebelumnya mimin memposting tentang strategi promosi bisnis percetakan. Postingan tersebut merupakan tulisan Tendi, pengusaha muda di bidang percetakan di Tasikmalaya – Jawa Barat dengan nama CV. Tendi Grafhia. 

Nah kali ini, tulisan yang sama dengan tema berbeda. Kali ini Tendi menyoroti tentang luka-liku bisnis percetakan yang menurutnya, bisnis percetakan berbeda dengan bisnis lain sehingga susah sekali diwaralabakan.

Kadang orang berfikir jika membuka cabang percetakan itu artinya perusahaan maju atau berkembang. Memang umur perusahaan anda baru berapa? Tiga tahun, lima tahun, atau sepuluh tahun.

Pengalaman anda setinggi apa? Baru tau CMYK jangan sudah merasa mahirnya tiada tara. Belajar terus ikut gabung dengan komunitas percetakan, seluruh Indonesia jangan cuma di kota anda.

Tau kan rumah makan Ampera? Di usia perusahaan yang ke-21, mereka baru membuka cabang pertama. Lotte mart sudah 28 tahun baru buka cabang pertama, KFC sudah berdiri 25 tahun baru buka cabang.

Namun berbeda dengan usaha kuliner. Asep Strawberry misalnya, dalam 5 tahun bisa buka hingga 5 cabang rumah makan. Alfa Mart dan Indo Mart cabang-cabang nya bermunculan seperti jamur di musim hujan.

Hemat saya, karakteristik usaha kuliner dan ritel seperti toko sangat berbeda dengan bisnis percetakan. Percetakan itu bukan bisnis waralaba. Sukar sekali di franchisekan.

Pernah dulu ada Smartprint. Iklannya seen on tv alias ada di tv. Tapi brapa umurnya coba? Ternyata hanya seumur jagung, jagung hibrida lagi. Nah itu ada Kedai Digital? Itu hanya merchaindise tapi khusus Mug, walapun ada cetakannya tapi itu garapannya lokal, bukan dari si pewaralabanya.

Berapa kuat sebenarnya kita bisa membuka cabang, adakah contoh perusahaan besar yang membuka cabang? Ada, misalnya Gramedia, dengan layanan cetak terintegrasinya buka di kota kota besar indonesia. Perusahaan besar lainnya, ada contohnya Primagraphia, cabangnya lintas provinsi.

Contohnya saya ini, rencana buka cabang. Masih antar kota dalam kabupaten atau paling nggak antar kota dalam provinsi. Pusat di Bojong cabang di Cipedes keduanya satu kecamatan dalam kota yang sama hahaha. Malu sama nama, menyandang gelar Graphia, saingannya kan sama Astragraphia. Mantap

Bisnis percetakan itu tidak seperti bisnis waralaba makanan. Seperti kebab, kripik, martabak, dll. Yang bisa dipromosikan dan bisa di waralabakan pada saat berdiri.  Waralaba kuliner, perusahaan induknya juga belum berdiri, itu brosur waralaba nya sudah menjalar seantero nusantara.

Bisnis perusahaan itu bukan jenis bisnis instan. Di Tasikmalaya misalnya. Percetakan paling tua antara lain, SR, DK, AJ, DW, PR, AM pake inisial ya. Mereka itu perusahaan long life, perusahaan percetakan yang daya hidupnya tangguh, lama bahkan sudah diwariskan dari generasi pertama. Kebanyakan para pengurusnya saat ini generasi kedua. Tegasnya, bisnis percetakan itu bukan bisnis instan. (*)