Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia, Mengapa Jualan di Mobil, Disulap Jadi Toko Berjalan

EKONOMI KREATIF – Akhir-akhir ini kita sering melihat mobil yang dipenuhi produk-produk. Mulai makanan ringan, restoran hingga produk kosmetik dan fashion. Berjualan cukup memarkir mobil sambil membuka pintu belakang.

Banyak juga mobil bagian dalamnya telah dimodifikasi supaya cocok untuk jenis penjualan yang mereka lakukan. Salah satu toko dalam mobil yang cukup terkenal, penjuala kue  asal Bandung, Amanda. Hampir di semua kota di Jawa Barat, sudah ada penjualan brownis Amanda di mobil.  Umumnya mobil yang dugunakan Cevrolet lawas yang mungkin hargnya tidak di atas 20 jutaan.

Saya juga sering melihat,  sebuah penjual gudeg Jogja memarkir mobilnya di pinggir jalan dengan pelanggan para pegawai kantor  atau pejalan kaki yang berlalu lalang.

Mengapa julan di atas mobil, bukankah jualan di kios atau toko lebih bagus? Inilah rahasianya. Ternyata hitung-hitungan secara bisnis, berjualan di mobil lebih menguntungkan ketimbang menyewa toko.
Dengan penjualan yang hanya laku  beberapa puluh unit kue, rasanya tidak akan menguntungkan jika harus menyewa gerai atau toko di pusat kota.

Sementara dengan  toko mobil, asal diperbolehkan ada kaki lima, di manapun bisa jualan.  Para pebisnis  menghitung, akan lebih murah dengan  membeli mobil ketimbang menyewa toko atau gerai apalagi harus membeli unit toko.

Rahasia lainnya,  jualan di mobil bisa memburu pembeli. Konsepnya seperti penjual asongan. Di mana ada keramaian, di situ mereka berjualan. Misalnya, pagi hari keramaian di alun-alun kota, sore haru mereka nongkrong di keramaian konser grup band.

Toko dengan mobil juga lebih leluasa untuk bergerak dengan bawaan barang relatif besar. Satu mobil kecil saja bisa menampung ratisan potong kue.

Meski demikian jualan dengan mobil tetap ada kekurangannya. Antara lain, berbenturan dengan peraturan pemerintah setempat yang banyak melarang penjualan PKL di lokasi tertentu.

Bisa jadi, jika pembeli sangat membludak, akan menganggu kelancaran dan ketertiban lalu lintas. Jika jenis usahanya yang memerlukan banyak akifitas di dalam mobil, ruang kabin mobil rasnya tidak cukup memberi keleluasaan  untuk beraktifitas.

Namun demikian, bagi para pengusaha yang gigih, di manapun bisa menghasilkan produktifitas, termasuk berjualan di mobil. Tak sedikit kisah pengusah sukses yang memulai karir bisnis jualan di parkiran toko, di usir atau mengalami kesulitan lain. Namun satu kata, mereka terus semangat dan pantang menyerah. (*)