Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Bisnis Percetakan, Produksi Vs Jualan

EKONOMI KREATIF - Jangan iri dengan harga harga di Tendigraphia yang murah dan kadang kadang gak masuk dalam itungan kalian. 

Contoh undangan hardcover full embos, kita jual di Rp15 ribuan, kalian sewot karena terlalu murah, ada orang datang ke galerry "ulah murah-murah teuing atuh" katanya. “Anu kieumah Rp20-25 ribuan kuduna"

Kita beda konsep.  Konsep saya itu produksi, kamu itu jasa atau dagang. Saya sebisa mungkin mendatangkan banyak pelanggan karena itu sumber uang kita. Tak bisa kita menjual dengan harga mahal, maka konsep kita jual murah tapi banyak.

Contoh, Ria Busana, jadi alamat ngirinya factory outlet yang lain.  Baju hanya Rp15 ribuan, celana Rp55ribuan, celana dalam sarebuan. Arek teu murah kumaha? Produk sorangan, mesin sorangan, karyawan standar sorangan, perusahaan nu sorangan, ngitungna pembelanjaan bukan per item.

Contohnya begini. Beli bahan baku Rp20 juta, harus dapat dijual senilai Rp60 juta, untung Rp40 juta. Terserah per itemnya berapa. terserah orang bilang murah atau apa. Yang penting produksi lancar, uang masuk, keuntungan bisa dibukukan.

Konsep di galery juga begitu. "undangan sehari dapat 4, seminggu dapat 20 order" terserah admin mau jual brapa. Kadang mahal menurut standar, kadang murah, yang penting seperti tadi, modal Rp10 juta kudu jadi Rp30juta. Nah tentu kita tak bisa seperti itu jika selalu mempertahankan harga dan harga.

Digital printing juga begitu. Ada proyek modal sekitar Rp20jutaan, lihat langsung berapa keuntungannya. Misalnya keuntungan Rp5 juta, modal Rp15juta. Selesai dalam 2 hari. Nah jika lihat peluang seperti itu, hajar abis, jangan dilihat berapa harga satuan atau permeternya. Sikat saja kalu menurut saya.

Masih ada ya percetakan yang bilang "atuh abi kudu ngamodalan Rp2 jutamah rugel, sedengkeun batina Rp500ribu" Emang knapa dengan bati segitu.  Modal Rp2 juta jual Rp2,5juta. Indofood emang keuntungan dari Indomie brapa. Indofood bukan dagang tapi produksi. Beli bahan 1 M harus terjual jadi Rp10 M, terserah bati sabungkus mie itu cuma Rp200 rupiah juga.

Saya kasih bocoran trik di Tendigraphia yang baru. Bulan depan kita mau meluncurkan program, Bikin Yasin, pesen pago, sore diambil. Jumlah 100-200 eksemplar Yasin selesai dalam satu hari. Silahkan mau di ikuti juga, millik mah moal tertukar, satu saja. Saya tak pernah mengomentari harga kalian berapapun juga.

Salah satu percetakan di daerah Cipedes masih menjual nota sebesar Rp80ribu per/rim, sementara di kami Rp130ribu per rim. Kita fine fine aja, tak merasa terganggu.

Yang penting brand image sebagai percetakan termurah di Tasikmalaya adalah Tendigraphia.  Soal harga, lain lagi urusannya. Bukan urusan para percetakan, tapi urusan konsumen.

Demikian salah satu strategi bisnis percetakan yang bisa diterapkan di percetakan anda. Strategi tersebut berdasarkan ungkapan dari Pak Tendi, salah seorang owner percetakan tendi Graphia di Tasikmalaya. (*)