Kelom Geulis Tasikmalaya yang Melegenda
Anda mungkin sudah tak asing lagi dengan kelom
geulis. Sandal kayu cantik asal Tasikmalaya ini memang kian populer tak hanya
di daerah asalnya tetapi juga daerah lainnya di Tanah Air. Bahkan, produk kelom
geulis beberapa produsen sudah menembus pasar ekspor. Popularitas kelom geulis
di kalangan pecinta fesyen menuntut pelaku usahanya pun terus berinovasi dan
berkreasi.
Jika Jawa Tengah terkenal dengan sandal
bakiaknya, di Jawa Barat, tepatnya di Tasikmalaya, kelom geulis bak gadis
cantik yang selalu diburu. Kata geulis dalam bahasa Sunda berarti cantik.
Sesuai dengan namanya, kelom geulis merupakan alas kaki untuk kaum perempuan.
Produk Kelom Geulis DAT Tasikmalaya |
Di daerah asalnya, alas kaki yang terbuat dari
kayu tersebut sangat mudah ditemukan. Tak terhitung banyaknya pelaku usaha yang
memproduksi alas kaki dengan keunikan bentuk itu.
Di tengah makin banyaknya pemain yang
berkecimpung di bisnis tersebut dan tuntutan pecinta fesyen yang terus
berkembang, banyak pelaku usaha yang mulai berkreasi atau berinovasi demi
mempercantik hingga menyempurnakan tampilan alas kaki itu.
Ada berbagai jenis kreasi yang bisa dilakukan.
Selain mempercantik tampilan pada kelom, strategi lain yang kerap dilakukan
untuk memperindah kelom bisa ditempuh dengan menyempurnakan tampilannya melalui
teknik yang berbeda.
Nanang Sunarya, perajin kelom Tasik d’Arcadia
Treasure (d.a.t), adalah salah satu produsen kelom geulis yang menempuh teknik
berbeda untuk menyempurnakan tampilan kelom geulis-nya. Secara umum, kolom geulis terbagi dalam dua
bagian, yakni alas yang terbuat dari kayu dan bagian pelindung punggung kaki
yang biasanya menggunakan bahan baku kulit. Kulit dan alas kaki kayu itu
selanjutnya disatukan.
Nanang memilih menyatukan kedua bagian itu
dengan teknik pengeleman. Teknik tersebut boleh dibilang keluar dari mainstream
teknik pembuatan kelom geulis Tasikmalaya pada umumnya. Selama ini, penempelan kulit pada alas kaki
kelom geulis menggunakan paku. Dengan demikian, paku mencuat jelas dari bagian
kiri dan kanan kelom tersebut. Nanang mengklaim dengan teknik baru itu,
kelom geulis yang dibuat justru makin terkesan modern karena tampilannya yang
tanpa paku, tetapi juga tetap memunculkan nuansa etnik.
“Bahan dasarnya sama, hanya teknik penempelan
bagian atas sepatu yang berbeda dari kelom geulis umumnya. Dengan teknik ini,
kualitas produk juga jadi lebih baik sehingga harga kelom yang kami buat bisa
dibanderol lebih tinggi,” ujar Nanang.
Pria yang sudah terjun ke bisnis ini sejak tahun
2009 itu mengaku aplikasi teknik tersebut cukup menggenjot penjualan kelom
geulis buatannya. Meskipun semasa memproduksi kelom dengan teknik paku, Nanang
juga tidak menjual harga murah.
Sejak awal ia mengandalkan brand produk sehingga
harga tetap tinggi jika dibandingkan dengan harga kelom geulis pasaran di
Tasikmalaya. Harga kolem produknya dibandrol mulai Rp80.000, Rp200.000. Untuk
desain premium harga bisa mencapai Rp700.000/pasang. Omzet penjualan yang dia raup dalam sebulan tak
kurang dari Rp250 juta dengan keuntungan bersih 30% dari semua jenis produk.
Diakui Nanang, sudah ratusan model kelom modern
yang diproduksi. Dari segi inovasi dan desain, dia dibantu oleh salah satu
putrinya yang kini menjadi konsultan kerajinan dan fesyen tradisional &
modern.
Adapun, dalam proses produksi, Nanang dibantu
oleh tenaga kerja terampil di bidang pembuatan kelom geulis. Sumber daya
manusia di Tasikmalaya yang ahli dalam pembuatan kelom memang cukup banyak, meskipun
untuk pembuatan produk-produk tertentu katanya masih perlu keahlian khusus
lagi. Dengan demikian, produksi kelom buatannya belum sangat massal.
Untuk pemasaran, produk nana sangat eksklusif.
Antara lain di butik-butik dengan pelanggan kelas high end juga dipasok ke
sejumlah toko online. Selain dalam negeri, dia memasok Kelom Geulis ke
luar negeri antara lain Jepang dan Swedia, Singapura dan awal bulan ini dia
mendapat test order dari buyer Malaysia sebanyak 3000 pasang yang harus selesai
selama 1,5 bulan.
Khusus memenuhi pasar luar negeri, Nanang sangat
hati-hati. Pengguna di Negara maju sambungnya, lebih mengutamakan
kenyamanan di samping model. Terkait hal ini pula Nanang selalu mempelajari
terlebih dahulu karakter pasar dan konsumen di negara yang akan dituju,
termasuk mempelajari perbedaan anatomi kaki di negara tujuan produk supaya
memberi kenyamanan saat sandal digunakan.
“Sandal atau sepatu tidak hanya bagus dilihat
mata. Kita harus tahu karakteristik konsumen di negara tujuan. Meskipun model
dan tampilannya bagus, kalau tidak nyaman digunakan ya untuk apa,” ungkap pria
yang pernah bekerja di Jepang tersebut. (*)
Tulisan ini sudah dimuat di Bianis Indonesia kolom entrepreneur
Posting Komentar untuk "Kelom Geulis Tasikmalaya yang Melegenda "
Silahkan bertanya atau mau komentar...!!!