Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kelom Kasep, Metamorposis dari Kelom Geulis Tasikmalaya


Inovasi berbeda ditempuh oleh pemain kelom lainnya. Jika selama ini kelom biasanya menjadi pelengkap fesyen kaum hawa, Nana Nuryana berani menelurkan kelom untuk pria, yang diberi nama kelom kasep. Kasep, dalam bahasa sunda, berarti tampan.                 
Nana, produsen kemol geulis/kelom kasep Tasikmalaya
Pemilik rumah produksi Kelom Geulis Sagitria di Kelurahan Kahurupan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya itu, sebetulnya sudah bermain di bisnis kelom geulis sejak tahun 2000-an. Namun, melihat persaingan di pasaran yang kian sengit, Nana melebarkan sayap bisnisnya dengan memproduksi kelom untuk laki-laki sejak 2012.

Ide itu tercetus dari permintaan pelanggannya. “Ketika ada yang beli kelom geulis, mereka selalu bertanya apakah ada kelom untuk laki-laki. Dari situ, saya terinspirasi mendesain bentuk kelom yang berkarakter maskulin,” tuturnya.

Kelom kasep yang dibuat Nana merupakan modifikasi dari alas kaki khas Jepang dengan sandal khas pengantin Sunda tempo dulu. Kekhasan alas kaki Jepang jelas terlihat dari alas kelom yang mirip bakiak atau nyaris segi empat. Adapun, cita rasa Sunda disematkan pada jepitan kaki yang mirip lingga.

Bagian atas alas kaki untuk mengaitkan sandal pada punggung kaki menggunakan bahan sintetik. Ketika digunakan, tali itu hanya melingkar di punggung kaki, sehingga bagian atas kaki terlihat cenderung telanjang. Sepintas, tampilan sandal kasep mirip tarumpah para jawara zaman dahulu. Model ini sangat cocok dikenakan dengan pakaian tradisional yang biasa digunakan dalam upacara adat.

“Sandal ini merupakan perkawinan sandal Sunda dan Jepang. Sandal Jepang di bagian alas dan sedikit diubah sedangkan bagian jepitan atau Lingga mengadopsi sandal Sunda,” jelas Nana.

Selain kelom kasep perkawinan Sunda–Jepang, Nana juga menciptakan kelom kasep model lainnya, yakni berbentuk agak lancip dan di bagian bawah sedikit berlekuk seperti sandal perempuan. Gaya laki-laki nampak pada lingkaran kulit untuk punggung kaki serta tali jepitan pada  jempol.

Menurut Nana, respons konsumen terhadap kelom kasep sejauh ini cukup bagus meskipun masih jauh untuk menyaingi pendahulunya, yakni kelom geulis. Dari beberapa pesanan kelom geulis, menurut Nana, selalu ada pesanan kelom kasep, meski jumlahnya terbatas.
Kelom Kasep Tasikmalaya

Di dalam negeri, menurut Nana, pemasaran kelom kasep masih seputar Tasikmalaya, Bandung dan Jakarta. Untuk luar negeri produknya sudah dikirim ke Singapura.

Nana memasang harga kelom kasep mulai Rp70.000 sampai Rp110.000. Harga tidak terlalu berbeda dengan kelom geulis yang sudah lebih dulu eksis. Penjualan perbulan Kelom Kasep masih retail dan belum bisa diandalkan seperti kelom geulis. Untuk perhitungan omzetpun masih digabung antara penjualan Kelom Kasep dengan Kelom Geulis.

Untuk Kelom Geulis menuurt Nana, pesanan retail saja bisa mencapai 1.000 pasang per bulan. Bahkan di bulan ini dia sedang mengerjakan pesanan 4.000 pasang Kelom Geulis dengan harga antara Rp70.000-Rp110.000/pasang. Keuntungan bersih yang diperoleh Nana, baik dari Kelom Kasep atau Kelom Geulis, setidaknya antara 10-20 %.

Menurut pria yang sukses berbisnis kelom setelah di-PHK sebuah perusahaan BUMN tersebut, produksi Kelom Kasep masih terus dikembangkan baik dalam desain maupun kualitas, dengan mempertimbangkan berbagai masukan serta respons konsumen.


Untuk menggenjot penjualan, Nana kerap menggunakan media pameran sebagai tempat berpromosi. Pameran, diakui Nana, menjadi wadah yang cukup efektif untuk memperkenalkan produk baru ke konsumen. Selain itu, Nana mengandalkan promosi lewat media social. “Saya dapat pesanan dari Jepang justru dari seseorang yang mengetahui kelom geulis dari website,” katanya. (*) 



Artikel ini telah dimuat di Bisnis Indonesia kolom entrepreneur



Posting Komentar untuk "Kelom Kasep, Metamorposis dari Kelom Geulis Tasikmalaya"