Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbisnis, Meniru Kesetiaan Pecinta Batu Akik

EKONOMI KREATIF – Luar biasa. Booming batu akik terjadi di mana-mana. Segmentasinyapun menyasar berbagai usia. Mulai muda, tua remaja, laki-laki atau perempuan.

Obroan merebak, di warung kopi, facebook hingga perkantroan mewah. Jika pembicaraan seputar batu akik, suasana sangat seru dan meriah. Obrolan bisa menyangkut kehebatannya, keunikannya hingga mengarah pada unsur magis.


Cincin batu akik

Cincin batu akik (foto : batu-cincin.com)

Dari sisi ekonomi, dampak  demam batu akik luar biasa. Saya lihat laporan berita di TV, di sebuah pasar tumpah, seorang penjual batu akik seharinya bisa memperoleh omzet Rp1 jutaan. Padahal mereka hanya jualan batu mentahan yang harganya masih murah karena  belum dibentuk menjadi cincin.

Berbeda dengan di pertokoan khusus penjual batu akik, dengan batu yang bersertifikat keasliannya, harga mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sementara batu yang mengandung keunikan tertentu, seperti terdapat gambar-gambar unik harganya sudah tidak rasional lagi.

Demam batu akik juga secara tidak langsung telah menyerap tenaga kerja. Meski belum ada penelitian khusus, setidaknya saya lihat fenomena, banyak pemuda atau pengangguran yang selama ini tidak bekerja, mereka berjualan kecil-kecilan batu akik. Memotong atau menggosok jadi pekerjaan mereka sehari-hari.  Awalnya mereka hobi, dan lama kelamaan melihat peluang bisnis di dalamnya.

Hal yang sangat positif dari fenomena demam batu akik. Kesetiaan para pecinta juga pebisnisnya. Karena sebuah hobi, meskipun usaha masih sepi mereka tetap setia bergelut dengan batu.

Kebetulan tetangga ada yang menjadi penjual dan pembuat batu akik. Sebuah gubuk kecil di depan rumahnya disulap menjadi ruang workshop sehari-hari.
Bukan hanya siang hari, tetapi malam, para pecinta batu akik berkumpul di situ. Jika malam,  lebih dari jam 12 mereka berkumpul, ngobrol ngaler ngidul, sambil menggosok batu cincin hingga kinclong. Mereka bersuka ria, bahagia sambil mata dan tangannya fokus pada batu.

Tak jarang saya mendapati, ketika saya akan brangkat shalat subuh ke masjid, mereka masih  nongkrong di saung batu. Entah dari semalam belum pulang atau  baru saja datang. Yang jelas, warung yang selama ini sepi menjadi ramai siang malam, penuh canda-tawa.

Dari fenomen ini, setidaknya kita bisa mengambil semangat, sesuatu yang dilakukan dengan penuh kesukaan dan kecintaan, membuat betah untuk dilakukan. Seperti halnya para pebisnis dan penggila batu akik, mereka setia pada hobi dan pekerjaannya tanpa lelah. *)

Posting Komentar untuk "Berbisnis, Meniru Kesetiaan Pecinta Batu Akik"