Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelaku UKM Sulit Naikkan Harga Jual Produk

EKONOMI KREATIF -  Keberlangsungan Usaha Kecil Menengah dibidang pembuatan makanan kecil di Kab.Ciamis kondisinya menghawatirkan. Mahalnya harga bahan baku pembuatan makanan serta meningkatnya biaya transportasi pemasaran, semakin mengancam keberlangsungan usaha mereka.

Sebagian pelaku usaha makanan di kab.Ciamis mengaku, kini untuk bisa mempertahankan usaha saja sudah bagus. sedangkan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil usaha tersebut kesempatannya kian hari kian seret akibat tingginya biaya operasional.

Saya punya tenaga kerja hampir 20 orang, apabila perusahan saya ini saya matikan akibat susah mendapatkan keuntungan. Ya sama saja saya mematikan mata pencaharian tenaga kerja yang ada disini," ujar Nadi, seorang pengusaha makanan pembuatan kueh koya di daerah Jetak Rt 01/01 Kec.Cikoneng Kab.Ciamis.
Sebagai pengusaha makanan kecil yang lebih diperuntukan untuk makanan anak-anak ujar Nadi. Ia merasa kesulitan untuk menaikan harga jual. Padahal bahan baku pembuatan kue koya yang digarapnya kian hari kian mahal hingga biaya produksi naik lebih dari 40 persen.

"Untuk pembuatan Koya ini bahan baku utamanya adalah tepung beras, gula, minyak tanah plastik dan kertas warna. Untuk tepung beras kian hari harganya terus merangkak naik mengikuti harga beras dipasaran, harga plastik juga harganya kini naik hampir 100 persen, dari asalnya hanya Rp 17.000 per Kg, kini harganya telah berubah menjadi RP 30.000 per Kg," jelasnya.

Demikian juga dengan minyak tanah, sejak kenaikan BBM Mei lalu, Nadi mengaku biaya penyediaan minyak tanah juga membengkak. Padahal lanjut dia untuk minyak tanah ini setiap tiga hari perusaannya bisa menghabiskan minyak tanah sekitar 200 liter (satu drum).

Dikatakan Nadi, setiap harinya ia mampu memproduksi kue koya sebanyak 60 dus per hari, setiap dus berisi 100 pak kue koya, setiap pak kue koya biasanya dijual dengan harga Rp 1000 per pak.

Adapun pemasaran kue koya itu sendiri biasanya dijual ke beberapa daerah seperti Jakarta, Sukabumi, Serang, Subang, Sumedang, Bandung Purwekerto Yogyakarta dan yang lainnya.

Nadi mengatakan, pihaknya selaku pelaku usaha kecil menengah sangat menunggu sentuhan pihak terkait dalam upaya meringankan beban pelaku UKM terkait beban produksi yang kian hari kian membengkak agar usahanya tetap bisa dipertahankan.

"Apapun bentuknya yang kini kami harapkan dari pihak terkait, bagai mana supaya usaha kami bisa tetap dipertahankan terutama menyangkut penyelamatan tenaga kerja," ujarnya

Pengakuan yang sama juga dikatakan pengusaha makanan olahan Wajit Borondong (wabon) Linggar Sari Ny.Nani Kurniati yang beralamat di Kp. Margaluyu Kec.Cikoneng Ciamis, menurut Nani akibat naiknya biaya produksi, Ia hanya memproduksi dagangannya sesuai pesanan.

"Saya tak berani berspekulasi memproduksi barang dengan jumlah banyak, ditengah-tengah daya beli masyarakat yang kian menurun serta biaya produksi yang terus melambung, saya hanya membuat atau memproduksi barang sesuai pesanan saja," ujarnya.

Seandainya dipaksakan lanjut Nani, resikonya sangat besar karena biaya priduksi dengan penjualan dari segi perhitungan bisnis tidak seimbang.

"Untuk barang yang masuk pasar biasanya susah ditaikkan, namun untuk pesanan perorangan ya kadang kami taikkan dan konsumenpun sudah pada ngerti," jelasnya.

Di Ciamis , pengusaha UKM jumlahnya sangat besar, dari data yang ada, UKM Yang ada di Kab.Ciamis mencapai 14.000 pengusaha. (*)

1 komentar untuk "Pelaku UKM Sulit Naikkan Harga Jual Produk"

Debi 10 April 2019 pukul 16.08 Hapus Komentar
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.