Bermitra dengan Pesaing, Mengapa tidak?
Persaingan menjadi hal yang sangat mutlak dalam dunia usaha.
Seorang pengusaha tidak bisa memonopoli satu jenis usahanya supaya tidak ditiru
atau diikuti oleh pengusaha lain. Dampaknya, persaingan semakin ketat para
entrepreneurpun tidak bisa berdiam dalam satu strategi atau mengandalkan pasar
yang sama.
Sikap dan cara yang harus berbeda saat memperebutkan kue oleh dua
orang dengan banyak orang.
Persaingan bisa dalam bentuk yang lunak bahkan dalam tahap tertentu
bisa jadi benturan. Persaingan memunculkan dampak positif bila dengan
persaingan sang pengusaha justeru mampu kreatif meyakinkan para consumer tetap memilih
produk atau jasanya
Custumer tidak bisa lepas dari dunia usaha. Sebesar apapun
perusahaan, jika produk atau jasa tidak diminati, usahanya tidak akan berjalan. Ingat dengan pepapath, “pembeli atau pelanggan adalah raja”.
Ini menunjukkan minat costumer pada akhirnya yang akan menentukan keberhasilan usaha
atau sebaliknya. Persaingan menjadi keniscayaan bahkan wajib. Tanpa
persaingan tidak bisa dikatakan juara. Seorang atlet lari tidak dikatakan pemenang
jika berlari sendirian tanpa kehadiran atlet yang lain.
Persaingan juga bisa berdampak negative bila persaingan justeru
memicu melempemnya usaha. Ini bisa disebabkan
beberapa hal. Bisa jadi si pengusaha tidak mau mengubah mind set tentang usaha yang dijalankannya. Bisa jadi juga, ia merasa
percaya diri dan tidak membuat inovasi sehingga membiarkan usaha dikalahkan. Hanya
karena melihat usaha pesaing masih kecil, bersikap santai dengan menghibur diri,
kita masih yang terbaik. Sikap ini sama artinya dengan menggali kuburan sendiri
karena bersikap sombong.
Jangan remehkan pendatang baru. Mereka sedang berjuang dengan
berbagai strategi dan energy yang power ful.
Namun demikian tidak perlu panik dengan kehadiran para persaing. Lihatlah dan amati secara proporsional hingga akan terbuka di mana letak kekuatan orang lain atau sebaliknya di mana kekuatan dan kelamahan kita untuk kemudian memperbaikinya.
Namun demikian tidak perlu panik dengan kehadiran para persaing. Lihatlah dan amati secara proporsional hingga akan terbuka di mana letak kekuatan orang lain atau sebaliknya di mana kekuatan dan kelamahan kita untuk kemudian memperbaikinya.
Dalam menaklukkan persaingan, tidak berarti harus
mengalahkan atau mematikan. Dalam usaha, orang lain juga berhak hidup. Justeru yang
terbaik bagaimana bersaing tanpa mematikan bahkan menjadikan pesaing sebagai mitra.
Saya punya kisah kecil dengan pesaing yang akhirnya jadi mitra
usaha. Saya menjalankan usaha jasa laundry. Di lokasi tersebut saya termasuk
yang pertama hadir hingga bebas dalam menentukan harga. Beberapa bulan kemudian muncullah beberapa usaha laundry dengan
harga yang cukup mengejutkan bagi saya. Di spanduk dan brosur tertera begitu
murah bahkan setengahnya dari harga normal tariff laundry di tempat saya.
Saya mencoba pelajari mengapa bisa semurah itu. Berdasarakan
hitung-hitungan, rasanya tidak mungkin harga semurah itu, kecuali usahanya mau
rugi atau sekedar mencari perhatian calon pembeli.
Singkat cerita saya mendaptkan informasi, ternyata harga
yang tertera dalam brosur dan spanduk laundry baru tersebut, harga berlaku
setengah jadi hingga pakaian diperas,
belum dikeringkan apalagi hingga rapi disetrika.
Kalau tidak salah waktu itu tercantum di spanduk, harga
Rp1400/kg, tanpa keterangan lain. Kenyataannya, Rp1400 tersebut hingga pakaian diperas,
juga harga belaku untuk minimal 5Kg. Jika pelangan membawa 2 Kg saja, itu akan
dihitung Rp7.000 atau Rp1.400 dikali 5 kg.
Tarif laundry hingga cuci kering dan setrika di pendatang baru
tersebut jika ditotal akan mencapai Rp5000/kg yang artinya sama dengan tariff yang
berlaku di laundry yang saya jalankan. Hanya saja, saya memberlakukan minimal 2
Kg, cucian di bawah Rp2 kg dikenakan tariff Rp10.000.
Sementara di laundry pesaing, jenis cucian dipisah-pisah, cuci
saja, keringkan saja, setrika saja hingga dipacking punya tariff tersendiri. Sedangkan
yang dikomunikasikan kapada public tariff yang paling murah.
Kondisi itu kemudian saya manfaatkan untuk mencucikan
pakaian pelanggan yang masuk ke tampat laundry saya terutama jika cucian sedang
numpuk. Supaya tidak rugi, pakaian yang akan dikirim timbang terlebih dahulu minimal
5 Kg jangan lebih, kurang dikit boleh.
Setiap 5 Kg cuci saja, saya membayar Rp7.000. Hitung-hitungan,
biaya produksi hampir sama, setiap 5 kg akan menghabiskan biaya Rp7000 juga, jika
dilakukan dalam satu kali siklus
pencucian mesin.
Dengan demikian, saya bisa mendapat manfaat dari jasa laundry
pesaing yang “murah” itu. Setiap kali pakaian penuh di laundry, saya selalu membawa
cucian ke tempat laundry pesaing.
Akhirnya saya juga tidak menurunkan tariff laundry sambil tetap
mengedukasi kepada pelanggan, mengapa di orang lain tertera harga sangat murah,
sementara di saya kesannya agak mahal.
Tentu saya tidak berhenti di situ. Bagi pelanggan lama saya bisa
meyakinkan terkakit harga tadi. Sedangkan bagi para calon pelanggan, saya membuat
terobosan lagi dengan membuat brosur dan spanduk yang semakin menarik.
Karena persaingan merupakan hukum alam, baik dalam dunia entrepreneur
maupun dunia lainnya, maka yang mesti diperbaiki sikap menghadapi persaingan. Janganlah
cepat panik dengan kenyataan persaingan yang terkesan mendadak. Tetapi mencoba
rasional sambil mencari cara membangun starategi yang tepat.
Targetnya jangan mencoba mematikan lawan. Cobalah bertahan
dalam peraingan secara sehat tanpa mengurangi kualitas produk atau jasa dari
usaha yang kita kelola. Syukur-syukur, kita bisa menjadikan pesaing sebagai
mitra, sehingga bukan hanya kita yang diuntungkan, tetapi pesaing juga merasa terbantu
keberlangsungan usahanya.
Maka dari persaingan tergantung respon kita. Bila tepat mensikapinya
justeru akan menghasilkan peluang dan berdampak positif. Sebaliknya, jika respon
kita negative, dipastikan dampaknya juga negative. Maka berdamai dengan persaingan…!!!
(*)
Posting Komentar untuk "Bermitra dengan Pesaing, Mengapa tidak?"
Silahkan bertanya atau mau komentar...!!!