Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Suci Zahrana, Dilema Gadis Terpelajar (2)




Meski tak otoriter, kedua orang tua Zahrana berharap anak satu-satunya itu segera menikah dan memiliki keturunan. Sebagai orang tua yang sudah renta, khawatir semasa hidupnya tidak sempat menyaksikan Zahrana bersuami dan menimbang cucu. Apalagi bila melihat anak-anak tetangga seusia Zahrana, mereka sudah memiliki anak dua bahkan tiga.

Sebenarnya dalam jiwa perempuan Zahrana, bukan tidak menghiraukan keinginan berumah tangga. Tetapi logika analitisnya selalu berargumen, menikah hanya menunda-nunda sukses bahkan bisa menghalanginya.

Puncak konflik batin Zahrana ketika dilamar oleh seorang duda yang notabene atasannya sendiri. Ia dilamar dekannya, begitu kembali dari Thinghua University sehabis menerima penghargaan. Dengan tegas, Zahrana tidak menerima lamaran atasannya itu meski orang tuanya kecewa. 

Alasan Zahrana semata-mata persoalan moral atasannya yang terkenal suka meminta setoran kepada mahasiswa bila ingin nilai bagus bahkan suka bermain cinta dengan mahasiswanya sendiri. Di samping alasan moral, Zahrana tak mungkin menerima lamaran atasanya yang berusia kepala lima.

Akibat menolak lamaran itu, Zahrana akan dipecat secara tidak hormat. Tetapi Zahrana mendahuli mengajukan pengunduran diri. Ia benar-benar hengkang dari kampus itu dan memilih mengajar di sebuah sekolah kejuruan teknik.

Pasca lamaran, Zahrana sadar, ia harus cepat-cepat bersuami. Hati Zahrana berargumen lain, bisa saja dirinya melanjutkan cita-cita di dunia kademik meski sudah bersuami. Ia pun minta saran kepada pimpinan pondok pesantren yang masih saudara jauh teman akrabnya. 

Oleh pimpinan pondok pesantren Zahrana dipertemukan seorang pemuda yang dari sisi pekerjaan kurang prestisius. Pemuda itu pedagang kerupuk keliling dan Zahrana merasa cocok. Ia bertekad mengabdikan hidupnya kepada Allah melalui ibadah dalam rumah tangga.

Kedua belah kelurga menyiapkan pesta pernikahan sederhana. Zahrana menyiapkan gaun pengantin. Bahagia sekali hati Zahrana. Ia meyakinkan diri tak lama lagi akan bersuami yang salih. Ia membayangkan esok hari, kisah penantian ini akan segera berganti.


Namun bayangan itu sirna seketika saat menerima kabar calon suaminya meninggal, tertabrak Kereta Api yang tak jauh dari perkampungan. Saat itu pula Zahrana merasa sudah mati. Bayangan indah kini berganti dengan kabut tebal yang dipenuhi hantu kematian yang siap mencabik-cabik dirinya. 


Bunga-bunga cinta di hatinya, kini berganti dengan bunga kematian. Langitpun runtuh dan serasa menindihnya. Zahrana pingsan beberap kali hingga dilarikan ke rumah sakit. Beruntung Zahrana masih kuat melanjutkan hidup.

Berambung ke sini >>>>>>>>

Posting Komentar untuk "Cinta Suci Zahrana, Dilema Gadis Terpelajar (2)"