Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sadarsah, Sukses Ekspor Kopi Gayo di Tengah Serangan Perusahaan Asing

EKONOMI KREATIF – Sejak zaman Penjajah Belanda kopi menjadi salah satu komoditas yang menggiurkan. Salah satunya kopi Gayo dari Sumatera Utara.  Karena memiliki kekhasan,  hingga kini Kopi Gayo tetap menjadi rebutan eksportir dalam negeri dan luar negeri.

Salah satunya Sadarsah, penbgusaha yang terus berjuang ekspor langsung kopi Gayo di tengah gempuran perusahaan asing. Sadarsah mengikuti jejak orang tuanya, kini bisa lngsung menjual kopi Gayo ke luara negeri melalui CV Arvis Arnada di Medan, Sumatra Utara (Sumut).

Sadarsah Mulai menekuni ekspor Kopi Gayo dan Arabika sejak 2006. Ia paham dengan seluk beluk kopi karena ayahnya H. Mude, merupakan petani Kopi Gayo yang dibesarkan di Dataran Tinggi Gayo sekaligus pedagang lokal kopi di Aceh.

Pada tahun 1998 setelah menematkan pendidikan di teknik elektro di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Sadarsah terjun usaha menjadi agen kopi di Medan. Tahun 2001, ia sepat bekerja di beberapa perusahaan sebagai tenaga pemasar kopi. Dari pengalaman itulah ia melihat peluang mengekspor kopi.

“Pada 2006, saya bertemu pemodal yang mau bekerjasama dengan sistem profit sharing. Saya punya perusahaan, sementara dia punya modal dan gudang kopi,” kenang Sudarsih seperti diberitakan Kontan Online, Selasa (21/10/2014)

Saat itulah Sadarsah berhasil mengekspor satu kontainer berisi 18 ton kopi dengan merek Sumatera Arabica Gayo grade 1. Ia mengeluarkan modal Rp600 juta untuk mengirim kopi ke Amerika Serikat (AS). Hanya saja dari ekspor sebesar itu ia  hanya mendapat keuntungan Rp3,5 juta. “Dulu, saya orang Gayo pertama yang bisa direct selling ke luar negeri tanpa jalur broker di Medan,” ungkapnya bangga.
Pada 2007 bisnisnya mulai mengalami peningkatan. Omzet drastis  melonjak hingga Rp1,5 miliar per bulan. Ia pun terus ekspansi perusahaan dengan menjalin kerja sama dengan koperasi-koperasi yang ada di Gayo.

Kini Sadarsah memiliki 15 orang kasryawan, selain tenaga harian borongan mencapai 200 orang. Sedangkan petani binaan yang diaajak kerja sama mencapai 8.000 petani tersebar di Sumut, Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Setiap usaha mengalami pasang surut. Tahun 2008 merupakan tahun keberuntungan bagi Sadarsah. Dia mengalami banyak peristiwa yang membuat usahanya melambung tinggi. Meski pada tahun itu, ia sempat bersengketa dengan perusahaan kopi asal Belanda, perihal nama Kopi Gayo.

Sadarsah hampir digugat ke pengadilan karena menggunakan merek Kopi Gayo oleh sebuah perusahaan bernama Holland Coffee yang menuduh Sadarsah menjiplak merek kopi mereka. “Saya diancam akan diadili dan dipenjarakan di New York.  Tapi, saya tak mundur setapak pun,” tegas pria kelahiran 19 November 1974 ini.

Sadarsah malah semakin teguh mempertahankan kopi gayo yang memang asli dari Indonesia itu. Dia tidak terlala menanggapi ancaman dari perusahaan Belanda tersebut. Langkah itu malah membuat kopi gayo semakin populer. “Meski ada mitra yang memutuskan kerjasama karena takut kena imbasnya, permintaan justru makin tak terbendung,” paparnya.

Goncangan serupa terjadi pada tahun 2009 dan 2010. Sadarsah menandatangani banyak kontrak jangka panjang dengan beberapa pembeli di AS dan Eropa. Tragisnya, saat kontrak diteken, harga kopi sedang bagus.

Sayang dia kurang modal, sehingga tak sanggup membeli stok untuk pengiriman kontrak kopi yang telah terjadwal. Maka ketika pada 2009 harga kopi melonjak sekitar 30%,  Sadarsah rugi sekitar Rp 3,7 miliar karena harga beli tinggi sementara harga jual tetap karena sesuai harga saat kontrak. Kerugian masih dialami sebesarRp1 miliar pada tahun 2010.

Namun Sadarsah terus  berjuang. Salah satunya  dengan menambah modal yang dia dapat melalui pinjaman dari International Trade Financing Corporation (ITFC) di Arab Saudi. Pinjaman itu didapat dengan sistem murabahah yang syaratnya ringan. “Saya tak perlu agunan, hanya sistem resi gudang dan berdasarkan kontrak,” tutur dia.

Sadarsah berpesan, bagi pebisnis pemula apapaun jenis bisnisnya jangan mudah menyerah. Kuasai ilmunya terlebih dahulu serta catat setiap kejadian atau masalah sehingga memudahkan untuk menganalisa ketika terjadi masalah di kemudian hari. “Pengusaha harus terus belajar, dan kalau bisa hadiri pertemuan dan bergabung dengan asosiasi supaya kebekuan yang kita alami mendapat solusi,” ungkap dia.             

Ia berharap, terdapat peraturan yang memudahkan  eksportir kopi masuk ke luar negeri seperti ke Amerika Serikat dan Eropa. Ia merasa mengalami kendala karena berbenturan dengan aturan-aturan ekspor dan itu juga dialami oleh pengusaha lainnya. Menurutnya, selain butuh investor pengusah juga membutuhkan aturan main yang jelas dari pemerintah.

Demikian salah satu inspirasi bsinis dari Sudarsah pengusaha ekpor kopi Gayo Sumatera Utara.  Salah satu kuncinya, ulet dan menguasai ilmu bisnis yang sedang dijalankan. Bagaimana dengan anda? (*)